Konflik antara suku bangsa di
Indonesia sudah sering sekali terjadi. Tak jarang pun konflik yang berlangsung
langsung tersebut menyebabkan terjadinya pertumpahan darah/perkelahian pada
pihak-pihak yang terkait. Meski pun seringkali sumber penyebab pro dan kontra
tersebut adalah hal yang tidak terlalu penting sekali.
Fanatisme kesukuan yang tinggi
membuat permasalahan yang tidak terlalu penting tersebut berubah menjadi
masalah yang sangat serius. Rasa gotongroyong/solidaritas sangat kecil dan pola
pemikiran yang sangat dangkal membuat merka tidak berpikir panjang dalam
menyikapi permasalahan yang timbul tersebut. Oleh karena itu, proses
penyelesaian masalah pun kadangkala dilakukan dengan cara kekerasan tanpa
mendepankan dialog dari pihak bertikai.
B.
Penyebab konflik
Konflik antar suku bangsa di
Indonesia buka menjadi sebuah wacana baru. Permasalahan antara suku di
Indonesia ini bermulah sejak masa kelam di era penjajahan Belanda. Hal ini
disebabkan oleh keadaan bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai macam suku
bangsa. Tiap-tiap suku memiliki tata budaya yang berbeda satu sama lain.
Secara garis besar, ada beberapa
hal yang sering menjadi penyebab terjadinya konflik antar suku bangsa di
Indonesia. Beberapa penyebab tersebut antara lain;
·
Sejarah
masa lalu, dimana pada masa lalu kehidupan antar suku diwarnai persaingan yang
bersujung pada konflik untuk memperebutkan status dan juga gengsi
·
Kecemburuan
ekonomi, biasanya, suku pendatang yang mampu meraih keberhasilan di bidang
ekonomi akan menimbulkan kecemburuan pada penduduk asli, hal ini akan
menyebabkan terjadinya gesekan karena menganggap bahwa suku pendatang merebut
potensi ekonomi yang seharusnya mampu menyejahterakan suku asli.
·
Rasa
fanatisme sempit, hal ini juga menyebabkan ada perasaan bahwa kepentingan
kelompok harus dibela, terlepas dari posisi benar atau salah.
·
Kurangnya
pendidikan agama, pendidikan agama sangat penting untuk menahan hawa nafsu yang
ingin membuat kita lupa pada Allah SWT.
C.
Dampak Konflik Antar Suku
Adanya
berbagai konflik antar suku yang terjadi tersebut akan menimbulkan dampak baik
yang bisa dirasakan secara langsung atau tidak. Dampak ini bukan hanya menimpa
pada kelompok yang tidak terlibat konflik saja, tetapi tidak kemungkinan juga
menimpa pada kelompok yang tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Beberapa
dampak konflik antar lain:
Ø
Menimbulkan
hilangnya rasa aman, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan konflik akan
selalu di hantui ketakutan apabila konflik kembali terulang.
Ø
Hilangnya
persatuan bangsa, denga konflik antar
suku tersebut, maka persatuan bangsa akan mudah hilang karena masing-masing
pihak enggan untuk diajak berdamai/rujuk.
Ø
Rusaknya
tat kehidupan, konflik membuat masyarakat kehilangan kesempatan untuk bekerja,
mencari nafkah atau mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan sebagaimana
mestinya.
D.
Contoh Konflik Antar Suku Bangsa
v Perang Antar Suku - Pertikaian Suku Dayak dan
Suku Madura
Setidaknya sudah terjadi dua kali kerusuhan besar antara Suku
Dayak dan Suku Madura, yaitu pada peristiwa Sampit (2001) dan di Senggau Ledo
(1996). Kedua kerusuhan besar ini meluas sampai keseluruh wilayah Kalimantan
dan berakhir dengan pengusiran ribuan warga Madura yang hingga mencapai 500-an
jiwa. Perang kedua suku ini telah menjadi masalah sosial yang me-nasional.
Berikut empat hal mendasar yang menjadi penyebab terjadinya
perang ke dua suku ini,
yaitu :
1. Perbedaan Budaya
Antara Suku Dayak dan Suku Madura
Perbedaan budaya seperti inilah yang
menjadikan alasan mendasar mengapa perang antar suku ini bisa terjadi. Masalah
yang terjadi antara Suku Dayak dan Madura terbilang sangat sederhana, karena
ada keterkaitan dengan kebudayaan, maka terjadilah hal seperti itu.
Misalnya seperti permasalahan senjata tajam, bagi Suku Dayak
senjata tajam sangatlah dilarang untuk dibawa ke tempat umum. Menurut mereka
apabila ada sesorang membawa senjata tajam ditempat umum sekalipun dia hanya
bertamu tetap saja dianggap sebagai ancaman atau ajakan untuk berkelahi. Lain
halnya dengan Suku Madura mereka biasa menyelipkan senjata tajam itu kemana
saja dan hal seperti itu lumrah di daerah kelahirannya di Madura. Menurut Suku
Dayak senjata tajam bukanlah untuk melukai sesorang apabila hal tersebut sampai
tejadi maka hukum adat pun berlaku bagi pelakunya.
2. Perilaku
yang Tidak Menyenangkan
Bagi suku Dayak mencuri barang seseorang dalam
jumlah banyak adalah hal yang tidak masuk akal, apabila dilanggar pemilik
barang tersebut akan sakit dan meninggal. Sementara orang Madura seringkali
terlibat kasus pencurian dengan korbannya suku Dayak. Pencurian seperti inilah
yang menjadi pemicu polemik perang antar suku tersebut.
3. Pinjam
Memimjam Tanah
Kali ini masalahnya masih berkaitan dengan
adat-istiadat atau kebiasaan. Di dalam suku Dayak membolehkan pinjam meminjam
tanah adalah hal yang tanpa pamrih. Dengan kepercayaan lisan orang suku Madura
dibolehkan untuk menggarap tanah tersebut, namun seringkali orang Madura
menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan karena merekalah
yang menggarap tanah tersebut selama ini.
Di dalam suku Dayak hal seperti ini disebut dengan balang
semaya (ingkar janji) yang harus dibalas dengan kekerasan, maka
terjadilah perang yang tidak bisa dihindari lagi oleh ke dua belah pihak suku
tersebut.
4. Ikrar
Perdamaian yang Dilanggar
Dalam suku Dayak ikrar perdamaian harus
bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat sekaligus
menyatakan permusuhan. Sementara orang Madura melanggar ikrar perdamaian, dan
lagi-lagi hal seperti inilah yang memicu konflik antar ke dua suku.
v Perbedaan Stereotipe
Stereotipe itu sendiri adalah pendapat atau
prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut
hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu
tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan
kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian
orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali
akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan
sepenuhnya dikarang-karang.
Setiap suku tentu memiliki adat-istiadat dan
kebiasaan tertentu yang beragam. Keanekaragaman tersebut tentu memabawa dampak
dan kosekuensi sosial yang beragam pula. Jika hal ini tidak dapat disikapi
dengan baik maka perbedaan tersebut justru akan terus manjadi faktor utama
penyebab terjadi perang antar suku.
Contoh yang sangat nyata yang dapat kita lihat adalah stereotipe
orang Madura yang identik dengan watak kasar dan keras. Yang sering
menyelesaikan masalah dengancarok, mengakhiri sengketa dengan duel maut
yang berujung kematian. Latar belakang penyebab adalh dendam dan kerabat atau
keluarga yang terluka.
v Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional
Identitas nasional merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu:
o
Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan yang bersifat ada
sejak lahir, yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
o
Agama
Sesuai dengan fundamental falsafah Indonesia
yakni Pancasila, sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa" dalam
sila ini terkandung bahwa Negara kita didirikan atas dasar agama dan warga negaranyapun
wajib memilih 1 diantara 5 agama yang ada di Indonesia.
o
Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai
makhluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan
atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk berkelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya.
o
Bahasa
Di Indonesia terdapat beragam bahasa beserta
logatnya. Kita ingat dengan peristitwa histories pada tahun 1928 golongan
pemuda Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan melalui
peristiwa historis yang disebut sumpah
pemuda.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar